PUSHY PARENTs
PUSHY PARENTs, mengaku cinta namun berlaku raja
Disadari atau tidak , dalam mendidik anak, banyak orang tua telah
menjalani hukum orang tua selalu tahu apa yang terbaik bagi anak. Lantas atas
nama cinta merekapun berjuang sekuat daya, rela “ jatuh bangun” menggerakkan roda kehidupan, demi memenuhi
kebutuhan terbaik bagi anak. Ya kebutuhan jasmaninya, intelektual, ruhani
hingga kemantapan jaring social anak. Apakah salah jika orangtua ingin
menghadirkan yang terbaik bagi anak? Tidak. Bahkan harus. Tetapi, ketika
caranya sudah mengarah pada keharusan , dimana keinginan, harapan, hingga
ukuran keberhasilan orangtua dijadikan rujukan utama bagi anak, nyatanya tak
selalu kebaikanlah yang diperoleh anak.
Menurut psikolog Rustika Thamrin menjelaskan, sekarang banyak anak yang
kehilangan INNER MOTIVATION, motivasi
yang tumbuh dari dalam diri, karena anak tumbuh pada pengasuhan orangtua yang
amat mendikte.
Ciri khasnya, urai Rustika, anak harus ikut keinginan orangtua, dilakukan
cepat, sekarang juga, hingga yang sering terjadi anak tak punya suara untuk
memilih atau menunjukkan keinginannya sendiri.
Maka mesti mengaku cinta tetapi sosok pushy parents sebenarnya telah
menjelma laksana raja, yang segala kehendaknya merupakan titah yang tak
terbantah.
Ciri komunikasi pushy parent adalah : Yaitu pola perintah
, ancaman, dan kritik.
Pushy Parent
tidak selalu muncul pada orangtua yang galak tetapi dapat juga muncul pada
orangtua yang lemah lembut.
HILANG
INISIATIF, KREATIFITAS DAN KEMANDIRIAN
Banyak orangtua yang tidak meyadari ketika kerap mendikte anak soal apa
yang terbaik untuk dijadikan pilihan, dikerjakan, bahkan dicita-citakan, pada
saat yang sama sesungguhnya kita tengah memadamkan inisiatif, kreatifitas dan
kemandirian. Ketika hal ini terjadi berulang kali maka anak menjadi tidak
mandiri dan sangat tergantung pada orangtua. Nantinya anak tidak dapat mencari
solusi ketika mengahadapi kesulitan hidup.tidak terlatih menghadapi masalah,
tidak terlatih untuk bertanggung jawab.
Pushy parents
selalu membantu anak meniti kehidupan
demi menghindari kegagalan.
Padahal, siap mengahapi kegagalan sebagaimana siap menyongsong
keberhasilan adalah satu paket latihan yang menentukan kematangan pribadi anak
kelak dimasa dewasa.
Dewasa tak hanya matang secara fisik tetapi secara emosional dan
spiritual. Orang yang tak punya konsep diri yang positif , kepercayaan dirinya
rendah, selalu berpikir tak mampu memutuskan sesuatu sesuai keinginan, hingga
takut sekali kegagalan, sesungguhnya belum dewasa secara emosional.
PROPORSIANAL
DALAM MENGATUR DAN MEMBIARKAN
Apakah orangtua harus membiarkan atau memerdekakan atau menyerahkan
keputusan sepenuhnya pada anak? Tidak, tetapi orangtua harus fleksibel karena
orangtua juga berkewajiban membimbing dan memilihkan jalan terbaik untuk
anaknya. Karena orangtua adalah pemimpin dan pemimpin yang baik adalah yang
seimbang, tawazun, yang proporsional. Sehingga orangtua perlu dicintai anak
dengan ketaatan dan anak mencintai orang tua didengarkan pendapatnya.
SESEKALI
GAGAL TAK MENGAPA
Bagaimana kekhawatiran orangtua mengenai kegagalan ?
Sesekali gagal
tak mengapa , jangan langsung turun tangan membantu mengatasi dan membela.
Sebab anak perlu belajar bertanggungjawab atas pilihan dan belajar menerima
konsekuensi atas pilihannya.
Orangtua harus
selalu mereview setiap kali terjadi
kegagalan.
Kenapa
jadi PUSHY PARENTS?
Pushy Parents umumnya tidak muncul dengan sendirinya, melainkan bisa
disebabkan :
·
Pola asuh orang tua juga pushy parent. Kalau
sejak dahulu orang dididik dengan tekanan orang tua, meski dia sadar tidak baik
dan tidak nyaman untuk dirinya, seringkali secara otomatis terpolakan kembali
saat dia mendidik anaknya.
·
Ada kekecewaan terpendam dari orang tua yang
memiliki sebentuk cita-cita atau keinginan namun tak sempat terwujud, sehingga
secara tidak sadar ingin tetap diwujudkan meski oleh anak.
·
Kuantitas pertemuan orangtua anak yang semakin
sedikit sehingga gaya perintah, ancaman dan kritik dianggap sebagai gaya
komunikasi paling efektif dan efisien untuk mengarahkan anak.
·
Orangtua memiliki masalah atau tekanan dalam
pernikahan maupun dalam pekerjaan sehingga anak secara tidak sadar dijadikan
sebagai penyaluran emosi orang tua.
·
Orang tua ingin menunjukkan pada keluarga, orang
lain atau orangtua lain bahwa mereka lebih baik dalam mendidik anak dan
anak-anak mereka lebih baik dari anak-anak lain.
Disampaikan dalam acara darmawanita
kecamatan wadaslintang, 13 oktober 2012, dicuplik dari majalah ummi edisi Mei
2007